
Seorang yang sedang mempersiapkan dirinya sebagai petugas sosial dalam masyarakat ditempatkan untuk mengenal lapangan masyarakat di daerah pegunungan.
Ia melihat betapa orang di daerah itu rugi dalam pekerjaan mengerjakan sawah yang umumnya pematangnya lebih tinggi dibandingkan dari pada bagian hamparan yang ditanami padi.
Seorang bapak ditemaninya berhitung tentang biaya yang dibutuhkan untuk mengerjakan sebidang sawah yang biasa dikerjakannya. Untuk mengerjakan sawah itu sampai panen –di luar waktu menunggu padi dari serangan burung pipit yang memakan buah padi selama sebulan penuh– dibutuhkan biaya sekitar dua juta rupiah.
Lalu setelah selesai menghitung ongkos yang dibutuhkan, maka orang itu bertanya, “Dan berapa liter beras yang dihasilkan dari pekerjaan itu?”
Jawaban pak tani membuat persangkaan awalnya semakin kuat. Pak tani menjawab, “Sekitar enam puluh liter beras”. Jika diuangkan, maka nilainya sekitar lima ratus ribu rupiah.
Dengan penuh keyakinan, orang itu berkata kepada pak tani, “Bukankah itu membuktikan bahwa mengerjakan sawah di daerah ini adalah kerugian? Lebih besar pasak dari pada tiang.”
Pak tani menanggapinya. “Hitungan itu tidak salah tetapi kalau kami tidak mengerjakan sawah kami, maka kami kehilangan segalanya, sebab uang yang dua juta rupiah itu adalah hitungan di atas kertas dan wujudnya dalam hidup kami adalah kerja bersama. Dan kami juga tidak akan punya beras yang seharga lima ratus ribu rupiah.”
Perhitungan yang berbeda, bagi yang melihat kerja sebagai kegiatan ekonomi ia rugi satu juta lima ratus ribu rupiah, tetapi yang melihat kerja sebagai berkat Tuhan ia diberkati sebanyak dua juta lima ratus ribu rupiah.
Sumber : Renungan & Ilustrasi Kristen